Tokoh Kita

Tokoh Kita : K.H. Hasyim Asyari

Hai #TemanPemilih, hari ini KPU Kab. Temanggung mengajak teman semua untuk mengenal lebih jauh sosok salah satu tokoh Bangsa Indonesia, yaitu K. H. Hasyim Asy'ari K. H. Muhammad Hasyim Asy'ari adalah salah satu Pahlawan Nasional dan pendiri Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926. Beliau lahir di Jombang pada 14 Februari 1871, merupakan putra dari K. H. Asy'ari (pendiri Ponpes Keras Jombang), cucu dari K. H. Utsman (pendiri Ponpes Gedang Jombang) dan cicit dari K. H. Sihah (pendiri Ponpes Tambak Beras Jombang). Pada usia 15 tahun beliau melakukan perjalanan berkeliling ke berbagai pondok pesantren di Pulau Jawa untuk menimba ilmu, enam tahun kemudian beliau berangkat ibadah haji ke tanah suci bersama istri dan mertua. Selama di tanah suci itu beliau berguru pada beberapa ulama terkemuka, dan sepulangnya ke tanah air beliau mendirikan Ponpes Tebuireng Jombang pada tahun 1899. K. H. Hasyim Asy'ari bersama ulama lainnya mendirikan Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926 di Surabaya dengan tujuan menjaga tradisi ahlussunnah wal jama’ah, mempererat persatuan umat Islam dan menggalang perlawanan terhadap penjajah. Salah satu peran besar beliau dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yakni ketika mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945. Resolusi Jihad tersebut menjadi salah satu pemantik utama kobaran semangat arek-arek Suroboyo dalam Pertempuran 10 November 1945. K. H. Hasyim Asy'ari juga tercatat pernah menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), yakni cikal bakal lembaga legislatif di Indonesia. Beliau wafat di Jombang pada 25 Juli 1947 dan dimakamkan di kompleks Ponpes Tebuireng Jombang. Itulah kisah Tokoh Kita kali ini, nantikan kisah dari tokoh-tokoh lainnya yang akan dibagikan di media sosial KPU Kab. Temanggung #kpu #komisipemilihanumum #kputemanggung #tokohkita #demokrasi #sejarah #hasyimasyari #nahdlatululama #tebuireng #pahlawannasional

Tokoh Kita : K.H. Ahmad Dahlan

Hai #TemanPemilih, hari ini KPU Kab. Temanggung mengajak teman semua untuk mengenal lebih jauh sosok salah satu tokoh Bangsa Indonesia, yaitu K. H. Ahmad Dahlan K. H. Ahmad Dahlan adalah salah satu Pahlawan Nasional dan tokoh pergerakan nasional, yang mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah pada 18 November 1912. Beliau lahir dengan nama kecil Muhammad Darwis di Yogyakarta pada 1 Agustus 1868, merupakan putra dari K. H. Abu Bakar (Khatib Masjid Gedhe Kasultanan Ngayogyakarta) dan cucu dari K. H. Ibrahim (Penghulu Besar Kraton Kasultanan Ngayogyakarta). Pada usia 15 tahun beliau berangkat ibadah haji dan tinggal untuk belajar di Makkah selama 5 tahun. Sepulang dari tanah suci itulah, beliau berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Di tanah air beliau lantas mendirikan pondok pesantren, madrasah ibtidaiyah dan ikut aktif di Boedi Oetomo. Beliau berkesempatan untuk berhaji kembali pada 1903 dan tinggal di Makkah selama 2 tahun. K. H. Ahmad Dahlan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah untuk mencapai cita-cita pembaruan Islam di nusantara. Beliau ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal kaum bumiputera menurut tuntunan agama Islam yang murni, sesuai Al Qur'an dan Al Hadits.  Muhammadiyah kemudian bergerak di berbagai bidang, mulai dari dakwah, pendidikan, kesehatan, filantropi dan pemberdayaan sosial. Beliau mendirikan masjid, sekolah, rumah sakit hingga panti asuhan. Salah satu pembaruan pendidikan yang beliau hadirkan adalah memadukan sistem pendidikan pesantren dengan pendidikan sekolah ala Eropa.  Gagasan pembaruan oleh Muhammadiyah disebarluaskan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat. Pada 7 Mei 1921 K. H. Ahmad Dahlan mengajukan permohonan pada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan pada tanggal 2 September 1921. Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan dakwah, selama hidup K. H. Ahmad Dahlan memfasilitasi para anggota untuk proses evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah dengan menyelenggarakan dua belas kali pertemuan anggota/AIgemeene Vergadering/persidangan umum (sekali dalam setahun).  K. H. Ahmad Dahlan wafat di Yogyakarta pada 23 Februari 1923 dan dimakamkan di Pemakaman Islam Karangkajen.  Itulah kisah Tokoh Kita kali ini, nantikan kisah dari tokoh-tokoh lainnya yang akan dibagikan di media sosial KPU Kab. Temanggung #kpu #komisipemilihanumum #kputemanggung #tokohkita #demokrasi #sejarah #ahmaddahlan #muhammadiyah #pergerakannasional #kebangkitannasional

Tokoh Kita : dr. Soetomo

Hai #TemanPemilih, hari ini KPU Kab. Temanggung mengajak teman semua untuk mengenal lebih jauh sosok salah satu tokoh Bangsa Indonesia, yaitu dr. Soetomo Beliau lahir di Nganjuk pada 30 Juli 1888 dan mengenyam pendidikan dokter di STOVIA Jakarta (kini menjadi FK Universitas Indonesia). Saat belajar di STOVIA itulah beliau mendirikan organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 atas gagasan yang muncul dari dr. Wahidin Soedirohoesodo. Tanggal tersebut hingga saat ini diperingati Bangsa Indonesia sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Pada tahun 1909, Boedi Oetomo tercatat telah memiliki 40 cabang dengan 10.000 anggota. Sejak 1919 hingga 1923 dr. Soetomo mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi spesialis penyakit kulit di Universitas Amsterdam. Selama di negeri Belanda beliau tetap aktif menyuarakan semangat pergerakan nasional dengan mengetuai organisasi Indische Vereeniging (akhirnya berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia). Setelah pulang ke Tanah Air, dr. Soetomo mendirikan Indonesische Studie Club pada 11 Juli 1924 di Surabaya. Nama organisasi tersebut diubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI) pada 16 Oktober 1930 di Solo. PBI memiliki semboyan yang populer, "Bekerja dahulu, berbicara kemudian". Pada 1935 dr. Soetomo menggabungkan Boedi Oetomo, PBI dan beberapa unsur lainnya menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra) yang memiliki tujuan tegas: mencapai Indonesia merdeka. Parindra tercatat menjadi kekuatan pribumi yang paling vokal dan berpengaruh di Voolksraad (parlemen Hindia Belanda), yang memperjuangkan aspirasi kemerdekaan Bangsa Indonesia. Nama-nama lain yang tercatat aktif di Parindra seperti Mohammad Hoesni Thamrin, Raden Panji Soeroso dan Margono Djojohadikusumo. Dalam berbagai kesempatan beliau selalu menyebut Pancaeka, yaitu lima prinsip sebagai dasar perjuangan bagi rakyat, terdiri atas: kebenaran, keadilan, kesucian, kecintaan, dan pengorbanan. dr. Soetomo wafat di Surabaya pada 29 Mei 1938 dan dimakamkan di area Gedung Nasional Indonesia. Nama beliau diabadikan menjadi nama RSUD dr. Soetomo Surabaya yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Itulah kisah Tokoh Kita kali ini, nantikan kisah dari tokoh-tokoh lainnya yang akan dibagikan di media sosial KPU Kab. Temanggung #kpu #komisipemilihanumum #kputemanggung #tokohkita #demokrasi #sejarah #soetomo #doktersoetomo #boedioetomo #pergerakannasional #kebangkitannasional

Tokoh Kita : dr. Tjipto Mangoenkoesoemo

Hai #TemanPemilih, hari ini KPU Kab. Temanggung mengajak teman semua untuk mengenal lebih jauh sosok salah satu tokoh Bangsa Indonesia, yaitu dr. Tjipto Mangoenkoesoemo Beliau lahir di Ambarawa pada 4 Maret 1886 dan merupakan lulusan STOVIA (sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia). dr. Tjipto adalah salah satu tokoh pergerakan nasional Indonesia. Beliau termasuk anggota angkatan pertama Boedi Oetomo, namun memutuskan keluar karena ide beliau agar keanggotaan Boedi Oetomo lebih terbuka dan demokratis bagi orang luar Jawa ditolak. Nama beliau populer sebagai bagian dari Tiga Serangkai bersama Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara yang pada tahun 1912 mendirikan Indische Partij, organisasi politik pertama yang mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan pribumi, bukan oleh Belanda. Pada November 1913, ketika Belanda memperingati 100 tahun kemerdekaannya, dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ki Hajar Dewantara menyampaikan kritik keras bahwa perayaan kemerdekaan tersebut adalah suatu penghinaan terhadap rakyat bumiputera yang sedang dijajah dan harus diboikot. Karena sikap kritis mereka, beliau berdua dipenjarakan dan kemudian Tiga Serangkai diasingkan ke Belanda pada tahun 1913 hingga 1917. Saat pemerintah membentuk Volksraad (parlemen Hindia Belanda) pada 18 Mei 1918, dr. Tjipto terpilih menjadi salah satu anggotanya, mewakili Nationaal Indische Partij (NIP). Namun karena sikapnya yang dianggap terlalu radikal oleh penjajah, termasuk pandangan beliau bahwa Volksraad hanyalah lembaga untuk mempertahankan kekuasaan penjajah dengan kedok demokrasi, beliau dijadikan tahanan kota di Bandung sejak 1920, disanalah beliau mengenal dan sempat menjadi mentor bagi Soekarno. Beliau lalu diasingkan ke Banda pada tahun 1927, yang membuat beliau juga sempat menjadi mentor bagi Hatta dan Syahrir. Beberapa sahabat beliau mengusulkan kepada pemerintah agar dr. Tjipto dibebaskan karena kondisi kesehatan. Namun ketika dr. Tjipto diminta untuk menandatangani perjanjian bahwa beliau dapat pulang ke Jawa dengan melepaskan hak politiknya, dr. Tjipto secara tegas mengatakan bahwa lebih baik mati di Banda daripada melepaskan hak politiknya. Beliau kemudian dipindahkan ke Bali, Makassar, hingga ke Sukabumi pada tahun 1940. dr. Tjipto Mangoenkoesoemo akhirnya wafat di Jakarta pada 8 Maret 1943 dan dimakamkan di Ambarawa. Nama beliau diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Itulah kisah Tokoh Kita kali ini, nantikan kisah dari tokoh-tokoh lainnya yang akan dibagikan di media sosial KPU Kab. Temanggung #kpu #komisipemilihanumum #kputemanggung #tokohkita #demokrasi #sejarah #tjipto #ciptomangunkusumo #indischepartij #tigaserangkai #pergerakannasional

Tokoh Kita : dr. Wahidin Sudirohusodo

Hai #TemanPemilih, hari ini KPU Kab. Temanggung mengajak teman semua untuk mengenal lebih jauh sosok salah satu tokoh Bangsa Indonesia, yaitu dr. Wahidin Sudirohusodo dr. Wahidin Sudirohusodo adalah penggagas berdirinya salah satu organisasi pergerakan nasional tertua di Indonesia, yakni Boedi Oetomo (Budi Utomo).  Beliau lahir di Sleman pada 7 Januari 1852 dan merupakan lulusan STOVIA Batavia (sekarang menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia). Karena kecerdasannya, beliau menyelesaikan pendidikan di STOVIA hanya dalam 22 bulan, dimana sebenarnya sekolah telah menetapkan standar masa pendidikan selama 3 tahun.  Beliau percaya bahwa untuk bisa melepaskan diri dari penjajahan, rakyat harus cerdas. Untuk itulah salah satunya beliau menggagas ide program dana pelajar, yang kini kita kenal dengan istilah program beasiswa, untuk membantu anak-anak cerdas bangsa yang tak mampu bersekolah. Selain itu beliau melontarkan gagasan bahwa diperlukan adanya organisasi pergerakan untuk memajukan pendidikan dan meninggikan martabat bangsa, ide ini yang mendasari pendirian Budi Utomo oleh dr. Sutomo dan para pelajar STOVIA lainnya pada 20 Mei 1908, yang hingga kini kita peringati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.  Sikap kepedulian dan keprihatinan dr. Wahidin atas penderitaan serta keterpurukan bangsanya sejatinya sudah tumbuh sejak lama. Untuk menyuarakan perjuangan dan menggugah kesadaran kebangsaan masyarakat, beliau membuat majalah berkala yaitu Retno Dhoemilah pada Mei 1895. Selepas menyelesaikan pendidikan di STOVIA, beliau sempat bekerja sebagai Asisten Guru disana. Namun kemudian beliau memutuskan kembali ke Yogyakarta, dan mulai memberikan layanan pengobatan gratis bagi rakyat.  Untuk menyebarluaskan ide beliau terkait pendidikan, kebangsaan dan perjuangan melepaskan diri dari penjajahan, dr. Wahidin aktif berkeliling serta menyampaikan gagasan pada para priyayi, pangreh praja dan tokoh masyarakat lain di berbagai kota di Jawa.  dr. Wahidin Sudirohusodo wafat pada 26 Mei 1917 dan dimakamkan di Mlati, Sleman. Beliau dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 6 November 1973. Nama beliau diabadikan menjadi nama Masjid Agung di Kabupaten Sleman, DIY.  Itulah kisah Tokoh Kita kali ini, nantikan kisah dari tokoh-tokoh lainnya yang akan dibagikan di media sosial KPU Kab. Temanggung #kpu #komisipemilihanumum #kputemanggung #tokohkita #demokrasi #sejarah #dokterwahidin #wahidinsudirohusodo #budiutomo #pergerakannasional #kebangkitannasional

Tokoh Kita : K.H. Samanhudi

Hai #TemanPemilih, hari ini KPU Kab. Temanggung mengajak teman semua untuk mengenal lebih jauh sosok salah satu tokoh Bangsa Indonesia, yaitu K. H. Samanhudi K. H. Samanhudi tercatat sejarah sebagai pendiri organisasi pergerakan nasional tertua di Indonesia, yakni Sarekat Dagang Islam (SDI).  Beliau lahir di Surakarta pada 8 Oktober 1868. Saat muda beliau sempat menimba ilmu agama di beberapa pondok pesantren, baik di Jawa Tengah hingga Jawa Barat, termasuk di ponpes K. H. Zainal Musthofa Tasikmalaya.  Ketika mulai berdagang, muncul kesadaran pada diri beliau bahwa penjajah Belanda melalui pemerintah Hindia Belanda menerapkan diskriminasi terhadap para pedagang pribumi. Hal tersebut yang mendorong beliau mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI) pada 16 Oktober 1905, dengan tujuan untuk menghimpun dan membela kepentingan para pedagang pribumi yang sebagian besar adalah pemeluk agama Islam.  Pada kongres SDI di 10 September 1912 diadakan perubahan nama SDI menjadi Sarekat Islam (SI), dengan pertimbangan bahwa keanggotaannya tidak lagi terbatas hanya dari golongan pedagang. Pada akhirnya SI akan berkembang pesat, bukan hanya menjadi organisasi pergerakan agama, ekonomi dan sosial, namun juga dalam bidang politik yang mengobarkan semangat juang rakyat dalam melawan penindasan kolonialisme dan imperialisme.  Salah satu bentuk perjuangan SI adalah dengan menerbitkan surat kabar Oetoesan Hindia yang menyuarakan banyak catatan kritis terhadap pemerintahan Hindia Belanda.  Pada tahun 1916, SI dengan tegas menyatakan bahwa mereka bercita-cita menyatukan seluruh penduduk Indonesia sebagai suatu bangsa yang berdaulat (merdeka).  Ketika pemerintah Hindia Belanda mulai mengizinkan berdirinya partai politik pada tahun 1917, SI berhasil mengirim 2 tokohnya yakni H. O. S. Tjokroaminoto dan Abdoel Moeis untuk duduk di Volksraad (parlemen Hindia Belanda).  SI makin berkembang setelah berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI) pada kongres tahun 1923, dan menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) pada kongres tahun 1929. Salah satu tokoh populernya saat itu adalah H. Agus Salim dan Abikoesno Tjokrosoejoso (suatu saat menjadi Anggota Panitia Sembilan BPUPKI dan Menteri Perhubungan RI pertama). PSII inilah yang tercatat sejarah turut menjadi peserta Pemilu 1955 di era Orde Lama, hingga Pemilu 1971 di era Orde Baru.  K. H. Samanhudi wafat di Sukoharjo pada 28 Desember 1956 dan dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 9 November 1961. Itulah kisah Tokoh Kita kali ini, nantikan kisah dari tokoh-tokoh lainnya yang akan dibagikan di media sosial KPU Kab. Temanggung #kpu #komisipemilihanumum #kputemanggung #tokohkita #demokrasi #sejarah #samanhudi #sarekatdagangislam #sarekatislam

Populer

Tokoh Kita : K.H. Hasyim Asyari

Tokoh Kita : K.H. Ahmad Dahlan

Tokoh Kita : dr. Soetomo