
Bangun Elektabilitas Calon Pemimpin : Penggiring opini atau fakta?
Dalam waktu yang dekat, Pilkada serentak akan kembali diadakan tepatnya pada 27 November 2024. Sudah diumumkan nama bakal calon kepala daerah, tetapi kebanyakan masyarakat masih menjadi penonton siapa yang layak untuk menjadi kepala daerah. Nama-nama bakal calon masih menjadi tranding topik serta bahasan setiap hari para masyarakat Temanggung sembari mengolah tembakau dan kopi yang saat ini sedang panen raya. Tetapi untuk selebihnya masih mencari informasi baik dari visi dan misi serta program kerja apa saja yang akan dilakukan selama 5 tahun menjabat.
Didunia politik ini, popularitas tampaknya sudah menjadi salah satu perhatian oleh banyak masyarakat. Popularitas berasal dari kata populer yang artinya dikenal dan disukai orang banyak. Popularitas juga berarti ketenaran, dan saat ini banyak partai politik di Indonesia yang melihat popularitas seseorang sebagai penggiring dalam mengangkat elektabilitas calon pemimpin. Berbagai cara sudah dilakukan oleh bakal calon kepala daerah demi meraih popularitas salah satunya menggunakan sosial media, media massa serta baliho-baliho yang ditempelkan dibanyak tempat.
Seseorang yang mempunyai popularitas tinggi belum tentu memiliki elektabilitas yang tinggi, akan tetapi dengan popularitas dapat menentukan elektabilitas. Popularitas dan elektabilitas merupakan dua hal yang berbeda. Dalam konteks politik, seseorang tidak cukup hanya dengan popular saja, kompetensi seseorang akan mengambil bagian dalam meningkatkan elektabilitasnya dengan mencari solusi dan caranya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sosial yang ada. Elektabilitas penting untuk mencerminkan sejauh mana calon pemimin memiliki dukungan dari pemilih. Ada beberapa alasan mengapa elektabilitas itu dianggap penting :
- Menentukan kemenangan pemilu
- Legitimasi dan mandat : semakin tinggi elektabilitas, semakin besar mandat yang dimiliki oleh seorang pemimpin dan mampu memberikan legitimasi kepada pemimpin untuk memegang jabatan public.
- Pengaruh politik
- Stabilitas politik
- Legitimitas kebijakan
- Investasi dan kepercayaan
- Partisipasi pemilih
Dengan demikian, elektabilitas bukan hanya mencerminkan popularitas calon pemimpin, tetapi juga memiliki implikasi yang mendalam terhadap stabilitas politik, kredibilitas, dan efektivitas pemerintahan. Elektabilitas dapat diukur melalui beberapa faktor yang mampu mendapatkan dukungan yang diterima dari masyarakat yaitu :
- Survei opini publik
- Keterlibatan dan aktivitas kampanye
- Reputasi dan kredibilitas
- Program dan visi
- Dukungan partai
- Media massa
- Interaksi dengan pemilih
Berdasarkan hal-hal diatas, apa yang harus dilakukan untuk menentukan calon pemimpin selain mengandalkan popularitas dan elektabilitas?
Yaitu dengan mencari kriteria unggul dengan memahami, mendalami, mengkaji visi dan misi serta program kerja pasangan calon. Visi dan misi yang baik yaitu yang realistis, relevan dengan kebutuhan daerah serta memberikan solusi konkret untuk mengatasi berbagai persoalan. Selain itu, melihat rekam jejak dan pengalaman menjadi salah satu indikator penting dalam menilai kemampuan calon pemimpin yang baik serta pencapaian apa saja yang sudah dilakukan baik dalam jabatan publik maupun kegiatan sosial sehingga mampu berkontribusi positif kepada masyarakat. Calon pemimpin yang jujur, berintegritas dan memiliki moralitas yang tinggi dapat menjadi tolok ukur pemerintahan yang bersih dan transparan sehingga dapat menghindari adanya kasus korupsi.
Masyarakat dalam mencari informasi dapat melalui sumber yang terpercaya sehingga tidak mudah terpengaruh oleh berita hoaks atau informasi yang dapat menyesatkan. Dalam memilih kepala daerah, pilih berdasarkan kebutuhan daerah bukan hanya popularitas dan elektabilitasnya saja sehingga mampu memberikan perubahan positif dan pembangunan nyata bagi daerah.
Nama : Ami Putantri
Alamat : Krajan Pateken, Wonoboyo, Temanggung
Email : amiputantri20@gmail.com
Instagram : amiput20