
Tokoh Kita : dr. Tjipto Mangoenkoesoemo
Hai #TemanPemilih, hari ini KPU Kab. Temanggung mengajak teman semua untuk mengenal lebih jauh sosok salah satu tokoh Bangsa Indonesia, yaitu dr. Tjipto Mangoenkoesoemo
Beliau lahir di Ambarawa pada 4 Maret 1886 dan merupakan lulusan STOVIA (sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia).
dr. Tjipto adalah salah satu tokoh pergerakan nasional Indonesia. Beliau termasuk anggota angkatan pertama Boedi Oetomo, namun memutuskan keluar karena ide beliau agar keanggotaan Boedi Oetomo lebih terbuka dan demokratis bagi orang luar Jawa ditolak. Nama beliau populer sebagai bagian dari Tiga Serangkai bersama Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara yang pada tahun 1912 mendirikan Indische Partij, organisasi politik pertama yang mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan pribumi, bukan oleh Belanda. Pada November 1913, ketika Belanda memperingati 100 tahun kemerdekaannya, dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ki Hajar Dewantara menyampaikan kritik keras bahwa perayaan kemerdekaan tersebut adalah suatu penghinaan terhadap rakyat bumiputera yang sedang dijajah dan harus diboikot. Karena sikap kritis mereka, beliau berdua dipenjarakan dan kemudian Tiga Serangkai diasingkan ke Belanda pada tahun 1913 hingga 1917.
Saat pemerintah membentuk Volksraad (parlemen Hindia Belanda) pada 18 Mei 1918, dr. Tjipto terpilih menjadi salah satu anggotanya, mewakili Nationaal Indische Partij (NIP). Namun karena sikapnya yang dianggap terlalu radikal oleh penjajah, termasuk pandangan beliau bahwa Volksraad hanyalah lembaga untuk mempertahankan kekuasaan penjajah dengan kedok demokrasi, beliau dijadikan tahanan kota di Bandung sejak 1920, disanalah beliau mengenal dan sempat menjadi mentor bagi Soekarno. Beliau lalu diasingkan ke Banda pada tahun 1927, yang membuat beliau juga sempat menjadi mentor bagi Hatta dan Syahrir. Beberapa sahabat beliau mengusulkan kepada pemerintah agar dr. Tjipto dibebaskan karena kondisi kesehatan. Namun ketika dr. Tjipto diminta untuk menandatangani perjanjian bahwa beliau dapat pulang ke Jawa dengan melepaskan hak politiknya, dr. Tjipto secara tegas mengatakan bahwa lebih baik mati di Banda daripada melepaskan hak politiknya. Beliau kemudian dipindahkan ke Bali, Makassar, hingga ke Sukabumi pada tahun 1940.
dr. Tjipto Mangoenkoesoemo akhirnya wafat di Jakarta pada 8 Maret 1943 dan dimakamkan di Ambarawa. Nama beliau diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Itulah kisah Tokoh Kita kali ini, nantikan kisah dari tokoh-tokoh lainnya yang akan dibagikan di media sosial KPU Kab. Temanggung